“Setiap orang di dunia ini adalah seorang tamu, dan uangnya adalah pinjaman. Tamu itu pastilah akan pergi, cepat atau lambat, dan pinjaman itu haruslah dikembalikan”..

Kamis, 11 April 2013

Aliran Kalam _ Khawarij_








PEMIKIRAN KHAWARIJ
MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah tauhid semester 2
dengan dosen pengempu mata kuliah Prof. Dr. H. Nurzaman, M.A


Oleh :
Hery Herdiansyah      1200797
Sufiah Sulistiawati      1200713
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013
 




BAB I
PENDAHULUAN
            Khawarij adalah salah satu aliran dalam ilmu kalam yang erat kaitannya dengan dilematis pemilihan ‘Ali bin Abi Thalib kw. Aliran ini mulai muncul pada saat khalifah ke IV yaitu ‘Ali bin Abi Thalib berkuasa, begitu pun aliran-aliran yang lainnya. 
            Munculnya aliran khawarij dilatarbelakangi oleh adanya peperangan. Diantara peperangan itu adalah perang jamal dan perang Shirin.
            Faham-faham aliran khawarij benar-benar telah menyeleweng dari faham ahlussunnah wal jama’ah. Faham mereka radikal, diantara alasannya adalah karena mayoritas penganut faham khawarij berasal dari suku badwi yang berlatar belakang keras dan kasar.
            Tujuan disusunya makalah ini tidak lain untuk mengantisipasi timbulnya faham khawarij yang radikal dikalangan mahasiswa umumnya khususnya mahasiswa jurusan pendidikan bahasa arab.
            Tentunya dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian.

             





BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Khawarij
“ Khawarij “ adalah nama yang berasal dari kata kerja “ kharaja “ yang berarti telah keluar dan mereka disebut khawarij karena mereka telah keluar dari golongan Ali padahal mereka adalah sebagian dari pengikut-pengikutnya.
Khawarij merupakan salah satu sekte atau firqah dalam pemikiran kalam yang erat kaitannya dengan pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Seperti diketahui bahwa dalam pengangkata Ali bin Abi Thalib tidaklah semulus ketika pengangkatan tiga khalifah sebelumnya yaitu Abu Bakar, Umar , dan Utsman. Pada engangkatan Ali ini banyak sekali mendapatkan tantangan dar berbagai pihak diantaranya dari kelompok Thalhah dan Muawiyyah.
( Alkhendra, 2000:37 ).
Dalam pertempuran Shiffin, Ali hampir saja mendapat kemenangan. Akan tetapi Muawiyah telah merasa dirinya akan mengalami kekalahan di medan perang, untuk itu ia didampingi oleh ahli sisat dari Arab yaitu Amru Ibnul ‘Ash lantas menggunakan siasat dan tipu dayanya dengan berseru kepadanya : “ ya Ibnul ‘ Ash kita hampir binasa, kini cobalah gunakan kecerdikanmu ! “. Amru lantas menasihatkan supaya para prajurit mengangkat mushaf-mushaf Al quran diatas ujung tombak mereka sambil berseru kepada musuh : “ Kami ingin bertahkim keapada kitab Allah ! “.  ( Ahmad Syalabi , 2000:310 ).
Ali merasa bahwa hal itu merupakan sebuah tipu muslihat. Namun sayangnya pedang-pedang tentaranya sudah tumpul , oleh karenanya banyak diantara mereka yang mendesak Ali untuk mengabulkan keinginan musuh. Ali berusaha mengajak mereka untuk melanjukan pertempuran itu, hingga berhasil mendapatkan kemenangan yang hampir dicapainya itu. Namun mereka tetap tidak mau tunduk kepada Ali dan tetap bertekad untuk menghentikan pertempuran itu.
Mereka berkata kepada Ali : “ Mereka itu mengajak kita kepada kitab Allah , tetapi engkau menagajak kita untuk menggunakan pedang’’. Ali menjawab : ’’ Aku lebih tahu tentang kitab Allah. Bergabunglah kamu kembali kepada teman-temanmu yang lain !’’.
Ali mencoba memalingkan mereka dari keinginan mereka untuk mangabulkan tuntutan mereka, yang dimaksudkan untuk memberkan kesempatan kepada panlimanya Al Asytar, untuk mendapatkan kemangan atas Mu’wiyah. Tetapi Al Asy’ts berkata padanya “ engkau harus memerintahkan kepada Al Asytar untuk kembali dan menghentikan pertempuran , tau kami akan melakukan terhadapmu apa yang telah kami lakukan terhadap Utsman ! “. ( As Syahritsani, Al Milal wan Nihal, I : 105)
Ali mengirimkan utusan kepada Al Asytar memintanya datang, tetapi Al Asytar menjawab : ‘’ Janganlah aku ditarik pada sat ini dari tempat ini. Aku berharap bahwa pada saat ini akan dapat merebut kemenagn, sebab itu janganlah memintaku untuk segera datang !’’.
Tatkala Al Asy’ats dan kawan-kawannya mengetahui jawaban Al Asytar , mereka semakin bergejolak dan menuduh Ali sebagai orang yang telah menghasut Al Asytar untuk melanjutkan pertempuran tersebut.
Kekacauan makin memuncak, sehingga Ali terpaksa mengirmkan kembali utusannya yaitu Yazid bin Hani kepada Al Asyitar sambil berkata : ‘’ Katakanlah kepada Al Asytar bahwa ia harus kesini , sebab kekacauan telah terjadi “. Ia pun langsung enyampaikan pesan Ali kepada Al Asytar . Pada waktu itu ia melihat Al Asytar ragu-ragu , lantas ia pun berkata kepadanya : ‘’ Apakah engkau ingn mendapatkan kemenangan disini, padahal disana Amirul Mu’minin dibunuh orang atau mnyerah ? ‘’. Al Asytar menjawab : ‘’ Tidak, demi Allah Maha Suci Allah!’’. Kata Yazid “ nah demikianlah mereka mengancamnya untuk dibu uh atau diserahkan kepada orang- orang syam jika engkau tak mau kembali’’. Maka kembalilah Al Asytar dan pertempuran itu pun dihentikan.  ( At Thabari, IV : 34-36 ).
Demikianlah Al Asy’ats dan kawan-kawannya berhasil mendapatkan keinginannya. Hal ini merupakan permulan dari pepecahan dan peperangan yang kejam.
Pada suatu saat Al Asy’ats meminta izin kepada Ali untuk menemui Muawiyyah guna menanyakan maksud dari mengangkat mushaf-mushaf tersebut. Tatkala Al Asy’ats bertemu dengan Muawiyyah, beliau berkata kepadanya : ‘’ Marilah kita-kami-dan kamu kembali pada apa yang diperintahkan Allah dalam kitabNya. Kirimlah seorang diantara kamu yang kamu sukai sebagai utusan, dan kamipun demikian. Kemudian kita minta kepada mereka supaya menjalankn pa yang tersebut dalam kitabNya dan jangnlah mereka melanggarnya. Kemudian kita akan mengikuti apa-apa yang kita sepakati berdua ‘’. ( At Thabari, IV:36).
Dengan demikian orang-orang syam lantas memilih Amru bin ‘Ash sebagai utusan yang merupakan seorang ahli siasat Arab yang terkenal. Ali ingin mengajukann Abdullah Ibnu Abbas namun para pengikiutnya tidak setuju dan mereka berkata kepada Ali : ‘’ Ibnu Abbas adalah kerabatmu yang terdekat, dia amat ingin menjaga kepentinganmu”.
Kemudian Ali ingin mengajukan Al Asytar, tetapi mereka malah berkata : ‘’ Adakah orang yang telah membakar bumi ini selain dari Al Asytar sendri ?”.
Ali merasa aneh mengapa dia tidak boleh memilih seseoramg yang memiliki hubungan erat dengannya dan meeka tetap berkeras kepala untuk memilih orang-orang yang netral. Tetapi mereka tidak mau bersikap seperti itu kepada Muawiyyah . Meeka membiarkan Muawiyyah untuk memilih orag-orang yang mempunyai keunggulan mulak terhadap lawannya.
Sebagian dari pengikut Ali memilih Abu Musa Al Asy’ari namun Ali tidak menyetujuinya karena menurutnya Abu Musa tidak dapat dipercayai. Akan tetapi orang-orang Iraq tersebut tetap mempertahankannya sehingga Ali harus menyerah walaupun sebenarnya ia tidak rela. ( At Thabari, IV : 36, Dan Al Imamah wan Siyasah, I : 126-127).
Kedua pihak menetapkan Daumatul Jandal sebai tempat konferensi yang akan dilaksanakan pada bulan Ramadhan 37 H. Lalu ditulislah satu piagam tentang persetujuan itu.
Setelah tercapai kata untuk bertahkim, akhirnya kedua pihak kembali ke tempatnya masing-masing . Sesampainya Ali ke Kufah yang hanya dengan sebagian tentaranya saja. Karena sebagiannya lagi yang ternyata merupakan orang-orang yang tainya memaksa Ali untuk menerima usul tahkim yang dikemukakan oleh Muawiyyah telah memisahkan diri dari padanya dan memberontak kepada Ali. Mereka pergi ke suatu desa yang bernama Hurara, dan tidak mau masuk ke Kufah.
Ali pergi mendatangi orang-orang Khawarij itu dan menanyakan alasan mengapa mereka meninggalkan Ali, meeka pun menjawab : ‘’ Kami telah berbuat suatu dosa yang besar, ebab itu kami bertobat kepada Allah. Hendaklah kamu untuk bertobat pada Allah dan mohonlah ampun kepadaNya agar kami kembali lagi kepadamu !’’. Maka Ali berkata : “ Aku mohon ampun kepada Allah atas semua dosaku!’’. Sesudah itu mereka kembali lagi bersama Ali . Meeka kira-kira brjumlah 6000 orang  ( Al ‘Iqdul farid , II : 288 ).
Kemudian datanglah saatnya untuk melaksanakan tahkim, hakim-hakim dari kedua belah pihak telah berkumpul.  Hasil dari tahkim itu sesuai dengan situasi awal . Abu Musa dapat dikalahkan dan ditipu. Hal ini telah memukakan pintu baru bagi perpecahan serta memperkuat golongan mereka yang memberontak terhadap Ali. Dan tak ada harapan sama sekali bahwa orang-orang Khawarij tu akan kembali kepada Ali.
Pada saat itulah mulai terbentukya aliran Khawarij dan ide-ide serta paham-paham mereka mulai muncul dengan jelas. Mereka mengangkat Abdullah Ibnu Wahab ar Rasibi sebagai pemimpin.


2.2 Pengertian dan Sebutan Khawarij
a.       Khawarij adalah bentuk jamak dari kharij (bentuk isim fail) artinya yang keluar. Dinamai demikian karena kelompok ini adalah orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib sebagai protes terhadap Ali yang mnyetujui perdamaian dengan mengadakan arbitrase dengan Muawiyah bin Abi Sufyan1.
b.      Khawarij berasal dari kata kharaja- khurujan didasarkan atas Q.S.4 : 100 yang pengertiannya keluar dari rumah untuk berjuang di jalan Allah. Kaum khawarij memandang diri mereka sebagai orang-orang yang keluar dari rumah semata-mata untuk berjuang di jalan Allah2.
c.       Al-Muhakkimah berasal dari semboyan mereka yang terkenal  (Tiada hukum kecuali hukum Allah) atau  (Tidak ada pembuat hukum kecuali Allah). Berdasarkan alasan inilah mereka menolak keputusan Ali bin Abi Thalib. Menurut pendapat aliran ini yang berhak memutus perkara hanya Allah, bukan melalui arbitrase (tahkim)3.
d.      Syurah berasal darisyara- syira'an artinya menjual. Penamaan ini didasarkan pada Q.S. 2 : 207 : Dan diantara manusia ada yang menjual dirinya untuk memperolehkeridlaan Allah. Pengikut aliran ini menganggap kelompoknya sebagai golongan yang dimaksud dengan ayat di atas4.
e.       Haruriyah berasal dari kata Harurah, nama daerah tempat menggalang kekuatan dan pusat kegiatan kelompok ini setelah memisahkan diri dari Ali bin Abi Thalib. Haruriyah berarti orang-orang berkebangsaan Harurah5.
Adanya sebutan (nama) yang variatif bagi aliran khawarij itu didasarkan kepada slogan-slogan yang diproklamirkan aliran ini, atau berdasarkan markas dan pusat perkembangan serta penyebaran aliran ini, bahkan ada yang berdasarkan kecaman dari yang tidak sefaham dengan aliran ini.
Dengan demikian khawarij adalah aliran (firqah) yang keluar dari jamaah (almufaraqah li al-jamaah) disebabkan ada perselisihan pendapat yang bertentangan dengan prinsip yang mereka yakini kebenarannya.
2.3 Sekte-Sekte Khawarij
a.       Al Muhakikimah
Orang-orang yang tidak berhukum dengan hukum Allah telah melakukan dosa besar dan orang yang berdosa besar telah pula menjadi kafir.
b.      Al Zariqoh
Yang menjadi musyrik bukan hanya orang Islam yang melakukan dosa besar tetapi juga semua orang islam yang tidak sepaham dengan meeka.
c.       Al Najdah
Orang yang tidak mendukung mereka tidaklah dianggap kafir tetapi hanya sekedar munafik.
d.      Al Jaridah
Berhijrah bukanlah sebuah kewajiban melainkan sebuah kebajikan.
e.       Al Sufriah
Tidak membolehkan dibunuhnya anak-anak orang musyrik.
f.       Al Ibadiah
Orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka bukanlah mu’min dan bukan pula musyrik tetapi kafir.

2.4  Keyakinan Khawarij
1.      Mengkafirkan ‘Ali bin abi thalib dan Ummul mu’minin Siti Aisyah
2.      Orang sakit dan orang tua
3.      Dosa Kecil dan Dosa Besar
4.      Anak-anak orang kafir
5.      Orang yang paling buruk
kaum khawarij berkeyakinan bahwa pengangkatan khalifah ‘Ali mulanya sah. Tetapi kemudian membuat kesalahan besar yaitu menerima “tahkim”, sehingga kaum khawarij mengkafirkan sayidina ‘Ali. Kw. Begitu juga terhadap ummul mu’minin siti Aisyah rda. Kaum khawarij mengkafirkan siti aisyah karena siti Aisyah menggerakan peperangan “jamal”, yaitu peperangan antara pasukan ‘Ali dan pasukan Siti Aisyah.
Kaum khawarij berpendapat bahwa orang-orang yg sakit atau orang yang sudah tua yang tidak ikut serta dalam peperangan maka orang itu menjadi kafir dan wajib dibunuh. Selain itu, kaum khawarij berkeyakinan bahwa sekalipun dosa adalah besar, tidak ada yang namanya dosa kecil.
Kaum khawarij nberfatwa bahwa anak-anak yang lahir dari orang tua yang kafir maka anaknya akan masuk neraka. Karena anak-anak itu kafir mengikuti kedua orang tuanya.
telah kita ketahui bahwa keyakinan kaum khawarij sangat bertentangan, s radikal, keras dan keterlaluan. Hal ini didukung hadits yang menjelaskan bahwa kaum khawarij adalah kaum yang paling buruk. Sesuai dengan hadits yang berbunyi :
وكان ابن عمر يراهم شرار خلق الله٬ وقال: إنهم انطلقوا إلى أيات نزلت في الكفار فجعلوها على المؤمنين. (فتح الباري٬ جزء ١٥ صفحة : ٣١٣ )
Artinya: “Dan adalah sahabat Nabi Ibnu Umar rda. berpendapat,  bahwa mereka (kaum khawarij) makhluk Allah yang paling jahat, mereka mengambil ayat-ayat Qur’an yang sebenarnya turun untuk orang kafir, tetapi dipasangkannya kepada orang mu’min (Fathul Bari juz XV halaman 313).




2.5  Tokoh-Tokoh Khawarij
Adapun tokoh-tokoh khawarij dalah sebagai berikut.
1.      Urwah bin Hudair
2.      Najdah bin Uwaimir
3.      Mustaurid bin Sa’ad
4.      Hautsarah bin Asadi
5.      Quraib bin Marrah
6.      Nafi’i bin Azraq
7.      Najdah bin ‘Amir
8.      Ubaidillah bin Basyir
9.      Zuber bin Ali
10.  Qathari bin Fujaah
11.  Abdu Rabbih
12.  Dll.

2.6  Gerakan Khawarij
“Gerakan khawarij bercabang dua : satu bermaskas di sebuah negeri namanya bathaih yang menguasai dan mengontrol kaum khawarij yang berada di persia dan satu lagi di kiraman untuk daerah-daerah sekeliling iraq. Cabang kedua di Arab daratan yang menguasai kaum khawarij yang berada di jaman, hadhramaut, dan Thai”. (K.H. Sirajudin ‘Abbas, 1985:155)
Dari uraian diatas kita fahami bahwa gerakan kaum khawarij berkembang pesat yang asalnya hanya berkumlah 12.000 orang dan hanya bermarkas di “Harura” dan kini berkembang dan menyebar ke daerah yang lebih luas lagi yaitu Bathaih, Kiraman, jaman, hadramaut, dan Thaif. Selain itu tingkah laku kaum khawarij makin beringas dan bertambah garang.

Gerakan itu mulia bertambah dan berkembang sejak terjadi “peristiwa pembunuhan khalifah ke IV ‘Ali bin Abi thalib oleh Abdurrahman bin Muljam ketika sayidina ‘Ali hendak ke luar sembahyang shubuh tepatnya pada tanggal 17 ramadhan tahun 40 hijriyah dan dimakamkan di Najaf, Bagdad” (K.H. Sirajudin ‘Abbas, 1985:112).

2.7  Sifat-Sifat Khawarij

1.      Dangkal Pemikirannya
Telah kita sebutkan di atas, bahwa kaum Khawarij suka membawa dalil dari Alquran dan hadis, namun dipahami dengan pemahaman sendiri, tidak sesuai dengan apa yang dipahami oleh para ulama salafusshalih, walaupun mereka membawakan perkataan ulama, mereka bawakan yang sesuai dengan keinginan mereka saja, atau mengeditnya sedemikian rupa agar terlihat cocok dengan selera mereka sehingga mengelabui orang-orang awam. Tujuan mereka adalah agar pengafiran mereka kepada kaum muslimin menjadi suatu perkara yang dianggap pasti dan meyakinkan, padahal ia hanyalah berdasarkan dugaan dan sangkaan belaka.

2.      Keras dan Kasar
Nabi muhammad. Saw. Menyifati kaum khawarij bahwa mereka adalah kaum yang kasar lagi keras tingkah lakunya, beliau bersabda :
“akan keluar dari umatku beberapa kaum yang keras lagi kasar, lisan-lisan mereka fasih membaca al-qur’an, namun tidak sampai ke tenggorokan mereka. “
(HR. Ahmad dan lainnya)
3.       Tidak menghormati ulamadak menghormati Rasulullah saw. Bahkan menganggap Rasulullah tidak berbuat adil, Abu Sa’id Al khudri berkata,
“ketika Nabi saw. Membagi-bagikan harta (dari Yaman), dzul khuwaisirah seorang laki-laki dari bani Tamim berkata. “ wahai Rasulullah berbuat adillah ! beliau bersabda, “ celaka kamu, siapa yang dapat berbuat adil jika aku tidak berbuat adil.” Umar berkata, “ Izinkan saya menebas lehernya.” Beliau bersabda, “ jangan, sesungguhnya dia akan mempunyai teman-teman yang shalat dan puasa kalian, sepele dibandingkan shalat dan puasa mereka, mereka lepas dari islam seperti lepasnya anak panah dari busurnya.” (HR. Bukhari)
Setelah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam wafat, di zaman Ali bin Abi Thalib kaum Khawarij muncul, dan mereka tidak menghormati para ulama dari kalangan shahabat seperti Ibnu Abbas dan shahabat-shahabat lainnya. Sebagaimana dalam kisah dialog Ibnu Abbas dengan Khawarij yang telah disebutkan di atas. Sifat ini kita lihat tidak jauh berbeda dengan kaum Khawarij di zaman ini yang melecehkan para ulama besar seperti Syaikh Bin Baz, Syaikh Al Bani, Syaikh ‘Utsaimin dan ulama lainnya, dan meledeknya sebagai ulama penjilat atau ulama yang tidak paham realita serta ejekan-ejekan lainnya. Allahul musta’an
4.      Mengkafirkan Pelaku Dosa Besar
Di zaman Ali bin Abi Thalib dahulu, mereka mengkafirkan Ali bin Abi Thalib dan kaum muslimin yang tidak setuju dengan pendapat mereka, dengan alasan bahwa Ali berhukum kepada manusia, sedangkan hukum itu milik Allah sebagaimana dalam kisah Ibnu Abbas yang lalu, mereka berdalil dengan ayat,
Dan barang siapa yang tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan, mereka adalah orang-orang yang kafir.(QS. Al Maidah: 44)
5.      Sangat hebat dalam ibadah
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menyifati bahwa mereka adalah kaum yang amat hebat ibadahnya, beliau bersabda,
Akan keluar suatu kaum dari umatku, mereka membaca Alquran, bacaan kamu dibandingkan dengan bacaan mereka tidak ada apa-apanya, demikian pula shalat dan puasa kamu dibandingkan dengan shalat dan puasa mereka tidak ada apa-apanya. Mereka mengira bahwa Alquran itu hujjah yang membela mereka, padahal ia adalah hujah yang menghancurkan alasan mereka. Shalat mereka tidak sampai ke tenggorokan, mereka lepas dari islam sebagaimana melesatnya anak panah dari buruannya.” (HR. Abu Dawud)
Oleh karena itu, ini adalah pelajaran untuk kita agar jangan tertipu dengan hebatnya ibadah seseorang bila ternyata akidahnya menyimpang dari petunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan mudah memvonis manusia dengan kekafiran. (Badrussalam, 2011:2-4)








DAFTAR PUSTAKA

‘Abbas, Sirajudin. 1985. I’tiqad Ahlussunnah Wal-Jama’ah. Jakarta: Pustaka tarbiyah       
 Agulirianto..2012. Pemikiran Khawarij [Online]. Tersedia: http://agulirianto.com/
          2012/01/07/pemikiran-khawarij/. [7 Februari 2013].  
Syarif ..2011.Sejarah Peradaban Islam. [Online]. Tersedian: http://sejarah-peradabanislam.blogspot.com/2011/11/sejarah-pemikiran-khawarij.html.
 [7 Februari 2013]
Alkhendra. 2000. Pemikiran Kalam. Jakarta:Setia Abadi
Syalabi, Ahmad. 2000. Sejarah Kebudayaan Islam jilid 2.Bandung: Panca Karya








 






1 komentar:

  1. LuckyClub Casino Site - Lucky Club - Live Casino
    LuckyClub casino review and bonus codes. Find information about the Lucky Club casino from the official Lucky Club site. Register luckyclub.live and deposit now. Rating: 3.7 · ‎22 votes

    BalasHapus